Sabtu, 05 Januari 2013

Cinta Mamah

Jepara, 10 Mei 2008 
Siang itu, aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara berisik dari depan rumah. Aku bangun dan berjalan ke kamar depan untuk menanyakan ada peristiwa apa di depan kepada mamah, papah. Siang itu aku merasakan sangat berbeda. Mamah, papah tidak ada di kamar. Aku berjalan keluar rumah, di depan rumah aku semakin bingung. Terdiam, berdiri melihat semua keributan. Aku melihat mamahku di angkat beberapa orang. Ayahku terluka dan terlihat terbaring. Tiba-tiba adekku menyusul dan berdiri disampingku sembari bertanya kebingungan “Ada apa, kak? Kenapa papah? Kenapa mamah?”. Aku sendiri tidak tahu jawabannya. Hingga akhirnya mbah roko ku menjelaskan “Mamah sama papah kecelakaan. Ditabrak bis. Kaki mamah patah”. Adekku dan aku terkejut lalu menangis, masuk kamar dan mengunci pintu kamar untuk beberapa saat. Sungguh sangat sedih mengetahuinya. Saat itu nggak bisa ku utarakan rasaku. Hanya air mata yang terus keluar dari mataku.

Mamah masih terbaring di tempat tidur. Ternyata papah hanya luka ringan. Aku ingin menangis lagi saat mendengar adekku yang saat itu masih kecil minta digendong mamah tapi mamah nggak bisa. Adekku memang kadang masih manja sama mamah. Saat itu umur adekku baru 3 tahun. Beberapa saat kemudian kita semua dikejutkan lagi. Beberapa orang temen kerja papah datang sambil menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dan membawa kue ulang tahun. Ya aku ingat, hari ini hari ulang tahun mamah. Mamah juga terkejut, tidak menyangka sekali. Ternyata kemarin papah sudah memesankan kue ulang tahun untuk mamah. Hari ini hari ulang tahun mamah dan di hari ulang tahun mamah ini mamah tertimpa musibah. Mamah menangis. Tangis bahagia dan syukur karena mendapat hadiah luar biasa dari Allah. Allah masih memberi kesempatan mamah untuk menikmati dan menghargai tiap hembusan nafas mamah di dunia ini.

Mamah harus menjalani operasi tulang dan menginap beberapa hari di rumah sakit. 5 hari setelah operasi, mamah pulang. Mamah jalan dibantu dengan kruk. Setelah mamah jalannya sudah enakan meski masih dengan bantuan kruk, mamah pergi ke dapur, masak, menyiapkan makanan. Aku merasa sedih melihatnya. Itu cinta mamah. Itu perjuangan mamah untuk aku, adek dan papah. itu perjuangan mamah untuk keluarganya. Mamah lawan rasa sakitnya demi bisa melayani keluarganya. Ingin rasanya aku dan adek ikut meringankan beban mamah. Tapi mamah tidak mau dibantu.

Terbayang lagi olehku keseharian mamah di rumah. Mamah yang membersihkan rumah. Mamah juga yang sering antar jemput sekolahku dan adek kalau pas papah lagi nggak bisa karena kerjaan di kantor. Panas, hujan, mamah jalani tanpa pernah terlihat lelah. Setiap pulang sekolah, di jalan sembari tanya gimana sekolahnya hari ini. Kalau menemui kesulitan di sekolah, mamah selalu punya cara atau usul mendapatkan solusi dari kesulitan itu. Kadang juga bercerita kecil, sederhana dan lucu membuat aku atau adek ikut tertawa. Jadi hilang rasa lelah, penat, suntuk yang kadang aku dan adekku rasakan setelah keluar dari kelas. Mamahku selalu bisa membakar semangatku dan adek saat kita lagi down. Mengajarkan untuk selalu menjadi diri sendiri, percaya akan kemampuan diri sendiri. Kadang juga mamah cerita hari ini di rumah masak ini, masak itu. Mamah bisa dibilang jago masak. Kadang aku atau adek atau papah minta dimasakin sesuatu, mamah bisa aja, dan enak! Mamah juga yang banyak menemani aku dan adekku belajar. Mamah selalu ingin membahagiakan keluarganya. Membahagiakan papah, aku dan adek. Cinta mamah untuk kita semua.

Mah, kita sayang mamah. Mamah selalu berjuang untuk kita. Melahirkan kita, merawat kita sejak kecil, dan terus berjuang untuk terus membahagiakan kita dengan caramu. We love you so much, mom…



(Cerita ini dipublikasikan juga di http://indonesiabercerita.org/cerita-anak/cinta-mamah/)

0 komentar:

Posting Komentar